Pemanfaatan Sisa Embrio Beku Program Bayi Tabung Sebagai Terapi Transplantasi Sel Punca di Indonesia

Jayanti Purnama Sari, Anak Agung Gede Duwira Hadi Santosa, I Gde Sastra Winata

Abstract


The aim of this study is to provide an overview of the latest phenomenon in the development of sources of embryonic stem cells in the world, as a criticism of the Health Act that closed Indonesia's opportunity to undertake health transformation. Now many countries have begun to legalize embryonic stem cells by exploiting the remains of the in vitro fertilization embryos left just by their owners. It responds to earlier debates about the method of embryonic stem cells that originate in a fetus or embryos taken from a mother's womb. Some research sources say that embryonic stem cells have more potential than non-embryonic. On that basis, it is interesting to study how the Indonesian Health Act responds to these developments and the commitment to transform in terms of health. The innovation in this research focuses on responding to existing research that more categorizes embryonic stem cells as violating the ethics of living beings and strictly prohibits the use of embryonal stem cell. This research method is normative, using statutory and comparative approaches. The results of this research are, first, that embryonic stem cells have greater potential than the adult stem cells currently used and countries around the world are starting to legalize the use of embryonic stem cells by utilizing leftover embryos from in vitro fertilization. Second, Indonesia is still unable to carry out health transformation by utilizing legal instruments, such as the preamble to the Health Law and Development Legal Theory.


Tujuan penelitian ini ialah memberikan gambaran fenomena terbaru perihal perkembangan sumber dari sel punca embrionik di dunia, sebagai kritik terhadap Undang-Undang Kesehatan yang menutup rapat kesempatan Indonesia untuk melakukan transformasi kesehatan. Saat ini banyak negara-negara mulai melegalkan sel punca embrionik dengan memanfaatkan sisa embrio in vitro fertilazation yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Hal ini menjawab perdebatan dahulu terkait metode sel punca embrionik yang bersumber pada janin atau embrio yang diambil dari rahim seorang ibu. Beberapa sumber penelitian mengatakan bahwa sel punca embrionik lebih memiliki potensi besar dibanding sel punca non embrionik. Atas dasar itu, menarik untuk dikaji bagaimana Undang-Undang Kesehatan Indonesia menanggapi perkembangan ini dan komitment untuk bertransformasi dalam hal kesehatan. Pembaharuan dalam  penelitian ini berfokus pada menjawab penelitian yang sudah ada yang lebih mengkategorikan sel punca embrionik sebagai hal yang melanggar etika makhluk hidup dan melarang keras penggunaan sel punca embrionik. Metode penelitian ini adalah normatif dengan menggunakan pendekatan perundang- undangan dan komparatif. Adapun hasil dari penelitian ini ialah pertama, sel punca embrionik lebih memiliki potensi besar ketimbang sel punca dewasa yang saat ini digunakan dan Negara-negara di dunia mulai melegalisasi penggunaan sel punca embrionik dengan memanfaatkan sisa embrio in vitro fertilazation. Kedua, Indonesia masih belum mampu melakukan transformasi kesehatan dengan dengan memanfaatkan instrumen hukum, sebagaimana konsideran Undang-Undang Kesehatan dan Teori Hukum Pembangunan.


Keywords


In Vitro Fertilisation (IVF); Frozen Embryo Residue; Stem Cell Transplantation; Program Bayi Tabung; Sisa Embrio Beku; Transplantasi Sel Punca

Full Text:

PDF

References


Allum, Nick, Agnes Allansdottir, George Gaskell, Jürgen Hampel, Jonathan Jackson, Andreea Moldovan, Susanna Priest, Sally Stares, dan Paul Stoneman. “Religion and the public ethics of stem-cell research: Attitudes in Europe, Canada and the United States.” PLoS ONE 12, no. 4 (2017): 1–14. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0176274.

Ariane, Anna, dan Johanda Damanik. “Kumpulan Makalah Virtual Temu Ilmiah Reumatologi 2021.” Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Jakarta, 2021.

Arifa, Irbah, dan Rano K Sinuraya. “Induksi Pluripotent Stem Cell dengan Menggunakan Faktor Yamanaka Oct4, Sox2, Klf4, dan c-Myc: Perkembangan dan Tantangan.” Indonesian Journal of Clinical Pharmacy 9, no. 1 (2020): 56–69. https://doi.org/10.15416/ijcp.2020.9.1.56.

Aryani, Christina. “Reformulasi Sistem Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Melalui Penerapan Omnibus Law.” Jurnal USM Law Review 4, no. 1 (2021): 27–48. https://doi.org/10.26623/julr.v4i1.3194.

Bagenda, Christina. “Filsafat Realisme Hukum Dalam Perspektif Ontologi, Aksiologi, dan Epistemologi.” Jurnal Ius Constituendum 7, no. 1 (2022): 115–30. https://doi.org/10.26623/jic.v7i1.4777.

Balogh, Péter, dan Péter Engelmann. “Transdifferentiation and Regenerative Medicine.” University of Pecs, 2011. http://www.tankonyvtar.hu/en/tartalom/tamop425/0011_1A_Transzdifferenciation_en_book/ch01s06.html.

Dewanto, Agung, Ita Fauzia Hanoum, Diany Ayu Suryaningtyas, Shofwal Widad, Ihsan Yudhitama, Galuh Dyah Fatmala, dan Ahmad Muzakky. “Studi Pendahuluan tentang Perspektif Ilmuwan Islam dan Katolik dalam Dilema Etika Surplus Embrio serta Opsi Pemecahan Masalahnya.” Jurnal Etika Kedokteran Indonesia 2, no. 2 (2018): 79–86. https://doi.org/10.26880/jeki.v2i2.20.

Djauhari, Thontowi. “Sel Punca.” Santika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga 6, no. 2 (2010): 91–96. https://doi.org/10.22219/sm.v6i2.1064.

Fuscaldo, Giuliana, Sarah Russell, dan Lynn Gillam. “How to facilitate decisions about surplus embryos: patients’ views.” Human Reproduction 22, no. 12 (2007): 3129–38. https://doi.org/10.1093/humrep/dem325.

Hauskeller, Christine. “How Traditions of Ethical Reasoning and Institutional Processes Shape Stem Cell Research in Britain.” The Journal of Medicine and Philosophy: A Forum for Bioethics and Philosophy of Medicine 29, no. 5 (2004): 509–32. https://doi.org/10.1080/03605310490518104.

Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Sel Punca dan/atau Sel (2018).

———. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (2023).

Kurniawaty, Evi. Terapi Gen: Miracle of Placenta. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2017.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana, 2017.

Masputra, Lukmansjah. “Posisi Etika Dalam Riset Stem Cells Sebuah Kajian Kritis Terhadap Riset Human Embryonic Stem Cell.” Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Filsafat Universitas Indonesia, 2012.

Mayo Clinic Staff. “Stem Cells: What They Are and What They do.” mayoclinic.org, n.d. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/bone-marrow-transplant/in-depth/stem-cells/art-20048117.

Rahmadana, Nuni, dan Azman Arsyad. “Pengobatan Stem Cell Embrionik: Analisis Perbandingan Hukum Positif dan Hukum Islam.” Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab 4, no. 2 (2023): 373–91. https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/shautuna/article/view/32599.

Sagita, Sylva. “Kontroversi Penelitian dan Terapi Sel Induk (Stem Cells) dalam Pandangan Etika Sains.” Jurnal Filsafat Indonesia 3, no. 2 (2020): 54–62. https://doi.org/10.23887/jfi.v3i2.22287.

Septianto, Finly, dan Mohammad Zamroni. “Perlindungan Hukum Dokter Internis Terhadap Resiko Tindakan Medis Kemoterapi Oral Pada Pasien Kanker Darah.” Jurnal USM Law Review 6, no. 1 (2023): 109–24. https://doi.org/10.26623/julr.v6i1.6363.

Takahashi, Kazutoshi, dan Shinya Yamanaka. “Induction of Pluripotent Stem Cells from Mouse Embryonic and Adult Fibroblast Cultures by Defined Factors.” Journal of Cell 126, no. 4 (2006): 663–76. https://doi.org/10.1016/j.cell.2006.07.024.

Tim Sel Punca FKKMK Universitas Gajah Mada. “Mengenali Jenis-Jenis Sel Punca (Stem Cell).” stemcell.fkkmk.ugm.ac.id, 2023. https://stemcell.fkkmk.ugm.ac.id/2023/04/21/mengenali-jenis-jenis-sel-punca-stem-cell/.

Tisyan, Afdhal. “Etik Riset dan Implementasi Sel Punca di Indonesia.” Academia Edu. Diakses 11 November 2023. https://www.academia.edu/43276371/Etik_Riset_dan_Implementasi_Sel_Punca_di_Indonesia?sm=b.

Tursina, Alya. “Terapi Transplantasi Sel Punca Sebagai Upaya Pelayanan Kesehatan di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Kesehatan dan Hukum Islam.” Akualita : Jurnal Hukum 2, no. 1 (2019): 59–86. https://doi.org/10.29313/aktualita.v2i1.4668.

Wahid, Abdul. “Keadilan Restoratif: Upaya Menemukan Keadilan Substantif?” Jurnal Ius Constituendum 7, no. 2 (2022): 307–21. https://doi.org/10.26623/jic.v7i2.5793.

Yuliantoro, Moch Najib. “Pemanfaatan Sel Punca Embrionik dalam Pengembangan Bioteknologi Menurut Pandangan Hukum Islam.” In 9 Studi Kasus Hukum Islam Kontemporer. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2017.

Zainuddin, Muhammad, dan Nurul Nisah. “Peningkatan Sadar Hukum Berbangsa dan Bernegara Ditinjau dari Ajaran Ahlusunnah Wal Jama ah.” Jurnal Ius Constituendum 6, no. 1 (2021): 55–72. https://doi.org/10.26623/jic.v6i1.2146.




DOI: http://dx.doi.org/10.26623/julr.v7i1.8286

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 JURNAL USM LAW REVIEW

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Jurnal USM LAW REVIEW : Journal Law published by Magister Hukum Universitas Semarang is licensed under a  Creative Commons Attribution 4.0 International License.