Tari Sepen Tari Tradisional Belitung
Abstract
ABSTRAK
Tulisan ini menganalisis tari Sepen versi Bapak Idham sebagai ketua dari sanggar tari istana yuda tari yang lahir dari masyarakat Belitung. Tari Sepen lahir dari upacara marastaun, yaitu upacara keselamatan saat usai panen padi. Pada awalnya di setiap acara marastaun terdapat kesenian yang disebut besepen sebagai ungkapan kegembiraan seluruh masyarakat yang diwujudkan dengan menari secara berpasangan dalam suatu kelompok di mana gerakannya cenderung sederhana dan terus menerus diulang-ulang. Sekitar tahun 1980-an seorang seniman bernama Domra menggubah kesenian besepen ini menjadi tari Sepen, yang dikenal oleh masyarakat Belitung sampai saat ini.
Kata kunci : Marastaun, Tari sepen, Nilai
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Referensi
Ellfeld, Louis, 1967, A Primer For Choreographers, University Of Southern California, terjemahan Sal Murgiyanto, 1977, Pedoman Dasar Penata Tari, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Endraswara, Suwardi, 2006, Metodologi Penelitian Kebudayaan. Cetakan ke 2, Yogyakarta: Gadjah Mada university Press.
Hawkins, Alma M, 1990, Mencipta Lewat Tari, terjemahan Y. Sumandiyo Hadi, Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Kayam, Umar, 1981, Seni, Tradisi, Masyarakat, Jakarta: Sinar Harapan.
Kuntowijoyo, 1999, Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Langger, K. Suzanne, 1998. Problematika seni. terjemahan F. X Widaryanto, Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia.
DOI: http://dx.doi.org/10.26623/jdsb.v23i2.3465
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Alamat Redaksi:
Jurnal Dinamika Sosial Budaya
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Semarang
Jl. Soekarno-Hatta, Pedurungan, Tlogosari, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.